Selasa, 22 Desember 2015

Figur Utusan Allah SWT

Umat selalu mendambakan figur utusanNya yang sesuai kriteria yang ideal, rupawan, bangsawan atau setidaknya dari kalangan agamawan. Lha kok yang muncul malah dari penggembala kambing, anak pungut dari bangsa budak, bahkan anak yang lahir tanpa bapak. Materi dakwah islam online. Di sinilah Allah menunjukkan kepada kita bahwa kriteria manusia tidak sama dengan kriteria-Nya dalam melihat siapa “orang mulia” itu. Allah tidak suka diatur-atur kehendak manusia dalam menentukan utusan-Nya.

Merasa masih baik, Alasan Rasul dihadirkan Tuhan di tengah umat adalah kondisi akhlak umat yang sudah rusak. Biasanya mereka adalah umat Rasul sebelumnya yang sudah sekian lama ditinggal wafat Nabinya. Nah, Rasul hadir untuk meluruskan kembali cara hidup dan cara ibadah manusia. Anehnya, alasan penolakan yang dikemukakan justru berawal dari keyakinan bahwa mereka masih setia memegang teguh ajaran Rasul yang diturunkan sebelumnya. Padahal Rasul yang datang kemudian tersebut datang untuk mengajak umat kembali kepada ajaran Rasul terdahulu yang telah diselewengkan.


“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “janganlah berbuat kerusakan di bumi!”. Mereka menjawab, “sesungguhnya kami justru orang yang melakukan perbaikan!”. “Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadari”. (Qs. 2:11-12). “Bahkan mereka berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka”. (Qs. 43:22)

Ajaran yang dibawa. Umat dalam kerusakan, Rasul datang membawa perbaikan. Tentu ada perbedaan yang sangat tajam. Rasul datang membawa obat, penyakit moral sedemikian kronis menjangkiti masyarakat. Apa yang dibawa dan ditawarkan oleh sang juru selamat bertolak belakang dengan tradisi dan harapan umat. Manusia terbiasa hidup bebas menuruti keinginan, sementara Rasul membawa aturan Tuhan yang serba mengikat, “Sungguh, kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu, tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu”. (Qs. 43:78). “Dan sungguh, Kami telah memberikan kita (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan setelahnya dengan Rasul-rasul, dan Kami telah berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap Rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?” (Qs. 2:87)
Baca Juga: Menolak yang Dinanti

Dulurku, kerinduan akan hadirnya sang juru selamat di akhir jaman ini dirasakan banyak pihak. Agama-agama besar dunia juga mengimani hal tersebut. Satrio Paningit, Imam Mahdi, Juru Selamat, Mujaddid atau apapun sebutannya, dialah sosok yang dinanti-nanti. Di saat penantian itu tiba-tiba muncul sosok dari antah berantah mengaku sebagai juru selamat. Dia bukan ilmuwan, agamawan, apalagi hartawan. Dia wong ndeso, misalnya. Apalagi ajaran dan tafsir agamanya asing dan kerap berseberangan dengan para pakar agama dan mainstream.

Perilakunya persis teladan para Nabi tapi tak pernah muncul di koran atau televisi. Seruannya kongruen dengan kitab suci tapi bukan ahli ngaji. Pertanyaannya, siapkah umat ini menerima kedatangannya? Bagaimana jika kapasitas keilmuan lahir, performa fisik maupun status sosial dari figur tersebut jauh dari bayangan kita? Bagaimana kita tahu bahwa figur tersebut belum hadir? Bagaimana pula jika sosok yang dinanti itu ternyata sosok yang dibenci? Bismilah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.